[1]Ditulis untuk anak-anakku, dan keperluan Seminar SEMUSIM Universitas Brawijaya, Malang 23/3/08. Oleh Asma Nadia (jika tidak salah, maaf lupa)
Pernahkah kusampaikan padamu, sayang? Bahwa memilikimu adalah hal terbaik dalam hidup, sepanjang usiaku yang ke tiga puluh empat ini.
Kau pasti tahu betapa hari-hariku berubah sejak kehadiranmu dan adikmu. Sejak menjadi Ibu, maka hari-hariku tak sama lagi. Selalu punya warna yang berbeda tetapi membawa rasa yang sama: Bahagia.
Hari-hari saat kau dan adikmu membangunkanku dengan ‘kejutan’
“Apakah Bunda tahu binatang yang terberat di dunia?”
Atau,
“Siapa sih yang memberi nama-nama benda, Bunda? Siapa yang memberi nama dinding, pintu, kursi, jangkrik, … siapa?”
Ada tawa, juga canda…
“Bunda tahu nama ibu kota Peru?”
Jawabanku meluncur tanpa dipikir, “Lima.”
Mendengarnya kedua mata indahmu yang sempit memanjang berkerlip cerdas, ”Kalau jawabannya ‘lima’ coba Bunda sebutkan satu-satu!”
Aku tertawa mendengarnya, sementara dirimu tersenyum lebih lebar.
Tahukah, Nak? Ketika seseorang menjadi Ibu maka dia telah membagi-bagi sebagian jiwanya pada bayi-bayi mungil yang terlahir.… Bahagia atau sedihnya banyak tergantung padamu. Sebab jiwa mereka tak pernah utuh lagi sejak seorang makhluk kecil hadir dalam hidup mereka. Jangan salah, mereka berikan setengah nyawa bukan karena terpaksa, melainkan karena tak tahu lagi apa yang bisa diberikan untuk anugerah sebesar itu.
Maka maklumi kami, Nak… Jika sebagai Ibu mudah sekali merasa cemas (ingat bagaimana adikmu meledek: Bunda dengan segala keparanoidannya!) tak bersebab jika anak-anak jauh dari pandangan. Resah, seperti aku saat kau telat pulang dari sekolah. Bahagia ketika kau pulang sambil setengah mengomel,
“Bunda sih… belajar tadi malam sama Bunda jauh lebih sulit daripada ulangannya!” ujarmu sambil menyodorkan kertas ujian dengan angka 9.7 tertera besar-besar di atasnya.
Memang tak selalu Bunda bisa berada di sisimu karena berbagai kegiatan yang menyita waktu. Kadang kau mengeluh tentang itu. “Bunda sekarang kurang bermain,”
Tapi mudah-mudahan itu tidak membuatmu dan adikmu kecil hati. Ingat kan betapa pun sibuknya Bunda selalu berusaha mendengar setiap kalimatmu. Betapa pun letihnya, setiap kali kau atau adikmu sakit, maka Bunda rela begadang semalaman untuk bisa mengawasimu.
Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan Bunda sayang. Allah begitu pemurah. Diberinya Bunda nikmat bertubi-tubi. Dimudahkannya Bunda menulis buku. Diberinya karunia penghargaan demi penghargaan tingkat nasional maupun regional. Tetapi jika kau tanya apakah semua itu membahagiakan Bunda? Maka jawabannya adalah ya, tapi sebagaimana perasaan ibu-ibu lain, Nak… penghargaan apa pun, prestasi apa pun, tidak ada yang sebanding dengan kebahagiaan yang Allah berikan dengan keberadaanmu dan adik. Perasaan ajaib yang susah dilukiskan. Tapi mereka yang menjadi Ibu pasti memahami hal ini.
Sejak kau hadir, disusul adikmu empat tahun kemudian, semua keinginan untuk bekerja di kantor menghilang, Nak. Yang ada hanya keinginan untuk selalu bersamamu. Benar bahwa pada kenyataannya kau melihat betapa padatnya jadwal acara Bunda sekalipun tidak memiliki keharusan jam kerja. Ada saja acara mengisi acara seminar, workshop kepenulisan, promosi buku hingga keluar kota… bahkan ke berbagai Negara.
Tapi setiap menjelang pergi, ayahmu sangat memahami betapa beratnya perasaan Bunda. Betapa makan jadi tak enak. Betapa sulitnya tidur sebab ingin selalu menatap wajah kalian, mencium kening dan pipi, lalu berlama-lama memeluk kalian. Tidak ada hotel berbintang yang bisa menggantikan perasaan nyaman saat tidur di sisimu dan adikmu.
Bunda ingin selalu di sisimu, Nak… bisa menjagamu. Melalui semua yang kau lalui… tidak kehilangan momen apa pun, meski yang terakhir agak susah sejak kau masuk sekolah.
Pernah kepada ayah bunda sampaikan perasaan kehilangan bunda karena kini kau bersekolah. Itu artinya kau akan memiliki teman-teman, sayang… dan punya orang lain untuk berbagi cerita… dan itu cukup menyedihkan sebab Bunda tak lagi menjadi satu-satunya tempatmu bercerita.
Tapi itu adalah hal yang tidak mungkin dicegah, kau dan adikmu akan besar, memiliki banyak teman dan dunia sendiri. Mungkin di masa depan, akan ada seseorang yang mendekati dan mengatakan mencintaimu. . Mungkin engkau pun merasakan hal yang sama.
Tapi semoga perasaanmu terhadap ayah dan bunda, tidak akan pernah terkalahkan, oleh seseorang yang belum lama hadir di hidupmu. Bunda berharap tidak ada rahasia yang terlalu besar untuk kau ceritakan kepada kami, sayang…Seperti juga bunda berharap kau selamanya tahu tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta yang dimiliki bunda untukmu.
Sayang,
Bunda sadar, bunda dan ayah tidak sempurna.
Maka maafkan bunda untuk semua hal yang menurutmu telah melukai. Maafkan bunda jika banyak ketidaksempurnaan dalam upaya bunda menunjukkan cinta kepadamu. Maafkan jika kadang bunda terkesan kurang perhatian, atau terlalu mencerewetimu. Bunda hanya takut, sayang… takut usia bunda tak cukup panjang untuk menemanimu. Bunda tidak tahu berapa umur yang diberikanNya untuk bunda. Tapi bunda berharap semoga itu cukup bagi bunda untuk membimbingmu, menjadi muslimah dewasa yang sholihat, yang cerdas, yang peduli dan mencoba berbuat untuk ummat…
Bunda yakin, kau tahu… sebaik-baik hamba Allah adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Sia-sia kecantikan jika membuatmu merasa lebih baik apalagi sampai menyakiti orang lain. . Percuma kecerdasan jika tidak memberi kebaikan bagi orang lain. Dan sungguh merugi, jika nikmat kebendaan yang Allah berikan, tak sampai ke orang lain, dan hanya terputus kepadamu.
Sebab kehidupan dan semua yang kita miliki, mata, hidung, mulut, tangan, kaki, semua milik Allah. Semua titipan… merupakan alat untuk menyebarkan kebaikan kepada orang lain, sayang…
Anakku,
Terakhir, bunda ingin engkau tabah menghadapi segenap ujian-Nya. Bukankah hidup merupakan kelas ujian demi ujian? Jangan pernah lemah sayang. Jangan pernah merasa putus asa. Percayalah Allah dekat dan memiliki kekuatan luar biasa untuk menolongmu, mencarikan jalan keluar bagi kesulitan-kesulitanmu, sayang. Jangan pernah meminta kepda selainNya.
Berdoalah senantiasa. Juga untuk ayah dan bunda, meski ketika kami sudah tidak ada lagi di sisimu. Semoga Allah memberikan pendamping yang menuntunmu ke surga-Nya. Juga pejuang-pejuang cilik dari rahimmu untuk meneruskan amanat Rasul Kekasih kita…
Doa terakhir bunda,
Semoga Allah mengumpulkan kita semua, cinta…
di surga-Nya.
Salam sayang
Bunda